Islamedia- Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP), sayap politik Ikhwanul Muslimin yang kini menjadi partai terbesar dan berkuasa di Mesir, mengundang mantan PM Malaysia, Mahathir Muhammad, untuk menyampaikan pengalaman Malaysia dalam program kebangkitan negara tersebut dan bagaimana negara Mesir mengambil manfaat darinya.
Untuk acara ini FJP mengadakan pertemuan antara Mahathir dengan 30 orang pakar dan para pengusahan dalam sebuah pertemuan yang berlangsung selama 6 jam. Dibicarakan dalam pertemuan tersebut sejumlah masalah serta persamaan dan perbedaan antara Malaysia dan Mesir.
Pada hari berikutnya, mantan PM Malaysia tersebut menyampaikan pidato terbuka yang dihadiri oleh Khairat Syatir, wakil Mursyid Am Ikhwanul Muslimin serta para pengusaha, diplomat dan insan pers.
Dalam pidatonya, Mahathir Muhammad menyampaikan pengalaman Malaysia saat memulai programnya di awal tahun 80-an abad lalu yang awalnya fokus pada pendidikan, dan berorientasi menghidupkan usaha kecil yang membutuhkan tenaga kerja massif hingga akhirnya melahirkan usaha yang membutuhkan teknologi tinggi.
Mahathir juga menyebutkan, Malaysia menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan terwujud kecual bekerjasama dengan pihak swasta. Maka usaha-usaha swasta diberikan kemudahan untuk beroperasi dan berinvestasi, sebagaiman negaranya juga berhasil mendatangkan para investor asing.
Khairat Syatir mengatakan; Pengalaman Malaysia dapat dianggap sebagai pengalaman negeri Islam pertama yang sampai pada jajaran negara maju. Dia menguatkan kembali tentang sikap Malaysia yang melakukan reformasi pendidikan untuk memproduk generasi yang mampu menanggung program kebangkitan ini, sehingga seperempat anggaran negaranya digunakan untuk pendidikan. Sementara Mesir menggunakan 78% anggaran negaranya untuk menggaji pegawai, subsidi energi dan membayar hutang.
Syatir juga menjelaskan bahwa pengalaman Malaysia diawali dengan fokus pada dunia pertanian, kemudian perindustrian dan menarik investor dan membumikan teknologi. Demikian juga negara ini menetapkan target dalam dunia pariwisata, yaitu untuk setiap satu warga negara, mendatangkan satu wisatawan asing. Hal ini terwujud pada tahun ini 2013. Syatir pun menambahkan bahwa kebangkitan di Mesir membutuhkan stabilitas politik.
Karena itu sangat penting lahirnya konsiliasi, karena ini bukan program partai yang dibiarkan penguasa setelah pemilihan suara.[Mujtama/AK/im]