Islamedia - Presiden Mesir Mohamed Morsi menolak dialog dengan para penculik tentaranya di Sinai.
Mengutip pemberitaan Kantor berita Ash Sharq Al Awsath, setelah melakukan pertemuan dengan kepala dan tokoh politik Mesir membahas krisis penculikan tentara, Morsi menegaskan, “Tidak ada dialog dengan penjahat, wibawa negara tidak dapat diganggu gugat.” Morsi juga menganggap penculikan itu sebagai “tindak pidana dihukum oleh hukum.”
Para tentara yang diculik muncul dalam sebuah video yang diposting di situs YouTube pada hari Ahad (19/5/2013). Mereka ingin menarik perhatian Presiden Mohamed Morsi, agar menanggapi permintaan penculik terkait pembebasan tahanan dari penduduk Sinai.
Tujuh orang tentara yang diculik tampak ditutup matanya, dan meletakkan tangan mereka di atas kepala dengan mengenakan pakaian sipil. Tak ada tanda-tanda yang menunjukkan lokasi mereka, begitupun tak tampak gambar para penculik dalam video itu.
Salah satu tentara dalam video, menyampaikan tuntutan para penculik kepada Presiden Morsi dengan mengatakan “Permintaan mereka adalah membebaskan para tahanan politik dari orang-orang di Sinai.” Ia melanjutkan, “Kami memohon pada Anda wahai Presiden agar sesegera mungkin membebaskan para tahanan politik dari penduduk Sinai, terutama Syaikh Hamada Abu Shaitah.”
Abu Shaitah dijatuhi hukuman mati dalam kasus pembunuhan polisi di El-Arish, ibukota Provinsi Sinai Utara. Sementara istrinya mengatakan kepada pers lokal bahwa Abu Shaitah kini mengalami kebutaan akibat penyiksaan di penjara, namun polisi membantah hal itu.
Peristiwa penculikan tentara itu kini memasuki hari keempat, dan laporan pers lokal menyebutkan negosiasi untuk membebaskan tentara gagal. Namun, gubernur Sinai, Mayor Jendral Abdel Fattah Harhor membantah adanya negosiasi dengan para penculik. [LNA/tajuk]
Mengutip pemberitaan Kantor berita Ash Sharq Al Awsath, setelah melakukan pertemuan dengan kepala dan tokoh politik Mesir membahas krisis penculikan tentara, Morsi menegaskan, “Tidak ada dialog dengan penjahat, wibawa negara tidak dapat diganggu gugat.” Morsi juga menganggap penculikan itu sebagai “tindak pidana dihukum oleh hukum.”
Para tentara yang diculik muncul dalam sebuah video yang diposting di situs YouTube pada hari Ahad (19/5/2013). Mereka ingin menarik perhatian Presiden Mohamed Morsi, agar menanggapi permintaan penculik terkait pembebasan tahanan dari penduduk Sinai.
Tujuh orang tentara yang diculik tampak ditutup matanya, dan meletakkan tangan mereka di atas kepala dengan mengenakan pakaian sipil. Tak ada tanda-tanda yang menunjukkan lokasi mereka, begitupun tak tampak gambar para penculik dalam video itu.
Salah satu tentara dalam video, menyampaikan tuntutan para penculik kepada Presiden Morsi dengan mengatakan “Permintaan mereka adalah membebaskan para tahanan politik dari orang-orang di Sinai.” Ia melanjutkan, “Kami memohon pada Anda wahai Presiden agar sesegera mungkin membebaskan para tahanan politik dari penduduk Sinai, terutama Syaikh Hamada Abu Shaitah.”
Abu Shaitah dijatuhi hukuman mati dalam kasus pembunuhan polisi di El-Arish, ibukota Provinsi Sinai Utara. Sementara istrinya mengatakan kepada pers lokal bahwa Abu Shaitah kini mengalami kebutaan akibat penyiksaan di penjara, namun polisi membantah hal itu.
Peristiwa penculikan tentara itu kini memasuki hari keempat, dan laporan pers lokal menyebutkan negosiasi untuk membebaskan tentara gagal. Namun, gubernur Sinai, Mayor Jendral Abdel Fattah Harhor membantah adanya negosiasi dengan para penculik. [LNA/tajuk]