Islamedia - Puluhan Biksu dari Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) mendesak pemerintah Myanmar memberikan jaminan keamanan kepada warga muslim Rohingya. Desakan tersebut disampaikan perwakilan Biksu ke ke Kedutaan Besar Myanmar, Jumat (17/5/2013).
Wakil Ketua Vidiakasaba Walubi, Suhadi Senjaya mengatakan, konflik agama di Myanmar yang belum terselesaikan hingga saat ini tak hanya berdampak di Myanmar, tetapi juga di Indonesia. Dirinya berharap, pemerintah Myanmar dapat segera menyelesaikan masalah tersebut, sehingga menimbulkan rasa aman.
"Kami mewakili seluruh umat Buddha di tanah air menginginkan sekali kondisi Myamnar bisa terselesaikan. Tidak ada lagi konflik yang menimbulkan korban," kata Suhadi, Jumat (17/5/2013).
Diakuinya, konflik yang terjadi di Myanmar membuat umat Buddha yang ada di Indonesia merasa risih dan menuai protes dari berbagai kalangan secara nasional.
Padahal, dalam ajaran Buddha kekerasan itu sangat dilarang. "Kekerasan dalam konteks semua agama pasti tidak menyetujui, ini bukan konflik umat budha dan islam, ini kekerasan yang tidak disetujui oleh umat manapun," jelasnya.
Walubi, sambung Suhadi, meminta pemerintah Myanmar mampu menyelesaikan secara cepat dan tuntas peristiwa-peristiwa itu. "Pemerintah Myanmar harus bisa menjaga kebebasan beragama bagi seluruh warganya dan menegakkan hukum yang adil, termasuk hak-hak individu setiap manusia," tukasnya.
Semnetara Koordinator Dewan Sangha Walubi, Biksu Tadisa Paramita, mengatakan, agama buddha mengajarkan welas kasih dan kebijaksanaan, agama buddha cinta damai dan anti kekerasan. "Apapun yang terjadi jangan menggunakan kekerasan, umat budha punya etika, itu otomatis menjunjung tinggi HAM," tegasnya.
Menurutnya, alangkah indahnya bilamana setiap rakyat menciptakan kerukunan, toleransi merangkul semua lapisan masyarakat.
"Kami minta rakyat myanmar memberikan welas kasih kepada yang minoritas, yang minoritas harus dapat perlindungan ham harus dijunjung tinggi, umat islam harus dapat perlindungan yang sama," tukasnya.[dit/inilah]
Wakil Ketua Vidiakasaba Walubi, Suhadi Senjaya mengatakan, konflik agama di Myanmar yang belum terselesaikan hingga saat ini tak hanya berdampak di Myanmar, tetapi juga di Indonesia. Dirinya berharap, pemerintah Myanmar dapat segera menyelesaikan masalah tersebut, sehingga menimbulkan rasa aman.
"Kami mewakili seluruh umat Buddha di tanah air menginginkan sekali kondisi Myamnar bisa terselesaikan. Tidak ada lagi konflik yang menimbulkan korban," kata Suhadi, Jumat (17/5/2013).
Diakuinya, konflik yang terjadi di Myanmar membuat umat Buddha yang ada di Indonesia merasa risih dan menuai protes dari berbagai kalangan secara nasional.
Padahal, dalam ajaran Buddha kekerasan itu sangat dilarang. "Kekerasan dalam konteks semua agama pasti tidak menyetujui, ini bukan konflik umat budha dan islam, ini kekerasan yang tidak disetujui oleh umat manapun," jelasnya.
Walubi, sambung Suhadi, meminta pemerintah Myanmar mampu menyelesaikan secara cepat dan tuntas peristiwa-peristiwa itu. "Pemerintah Myanmar harus bisa menjaga kebebasan beragama bagi seluruh warganya dan menegakkan hukum yang adil, termasuk hak-hak individu setiap manusia," tukasnya.
Semnetara Koordinator Dewan Sangha Walubi, Biksu Tadisa Paramita, mengatakan, agama buddha mengajarkan welas kasih dan kebijaksanaan, agama buddha cinta damai dan anti kekerasan. "Apapun yang terjadi jangan menggunakan kekerasan, umat budha punya etika, itu otomatis menjunjung tinggi HAM," tegasnya.
Menurutnya, alangkah indahnya bilamana setiap rakyat menciptakan kerukunan, toleransi merangkul semua lapisan masyarakat.
"Kami minta rakyat myanmar memberikan welas kasih kepada yang minoritas, yang minoritas harus dapat perlindungan ham harus dijunjung tinggi, umat islam harus dapat perlindungan yang sama," tukasnya.[dit/inilah]