Kunci Terbukanya Rejeki

Islamedia -  Rejeki itu misteri yang terjamin. Dijamin ketika kita masih hidup di dunia ini. Dan habis jaminan setelah kita mati. Meskipun rejeki tetap berlanjut selepas ajal. Berupa nikmat atau sisa. Tapi selepas ajal, lebih kepada akibat. Bukan pemberian murni.

Misteri rejeki, sama misterinya dengan jodoh dan mati. Jika dalam jodoh kita tidak tahu kapan akan menikah dan berpisah dengan pasangan karena cerai ataupun salah satunya mati terlebih dahulu, maka terkait rejeki kita tidak pernah tahu kapan rejeki itu ALlah berikan, melalui apa dan berapa jumlahnya. Jika dalam membahas mati kita tidak tahu bagaimana kita kelak menjemput ajal, begitupun dalam rejeki : kita tidak pernah tahu dari arah mana dan bagaimana rejeki itu 'diantarkan' kepada diri kita.

Oleh karena misterinya itu, satu hal yang pasti : Usaha. Menjemput rejeki, melayakkan diri terkait jodoh, dan menyiapkan bekal jika tiba-tiba Izrail bertamu. Jika satu hal ini luput kita upayakan dengan sungguh-sungguh, maka kelak kita akan menyesal.

Menyesal karena jatah rejeki kita disambar 'ayam', misalnya. Mesnyesal ketika jodoh tak kunjung bersanding karena tak kunjung melayakkan diri. Atau menyesal lantaran maut menjelang sementara bekal ,masih ngepas.

Sedikit cerita tentang rejeki dalam bentuk materi. Sebelumnya perlu kita sepakati bahwa rejeki bermakna sangat luas, berupa semua yang ALlah berikan kepada kita. Kita sering menyebutnya dengan karunia. Maka sejatinya, bisanya kita bernafas, bergerak, beribadah dan seterusnya adalah bagian dari rejeki yang tidak terbilang. 

Maka dalam Qur'an dikatakan, "Jika kamu menghitung nikmat Allah, maka kamu tak akan bisa menghitungnya." Ayat ini, disebut dua kali dalam Qur'an dengan redaksi yang sama persis.

Nah, terkait rejeki ini, masih berhubungan dengan usaha sebagaimana saya sebutkan di atas, maka dimensi usaha ada dua jenis : ikhtiar dan doa.

Ikhtiar ini mutlak. Jika ikhtiar kita ala kadarnya, rejekipun ala kadarnya. Jangan pula berharap 2 milyar jika nilai ikhtiar kita hanya 200 ribu ruppiah, misalnya.

Ikhtiar ini, bisa dikatrol dengan doa. Doa ini semacam jalan tol. Jalannya bisa beragam : tahajud, dhuha, dzikir, tilawah, dst. Makanya, dalam Qur'an disebut pula, "Wafissama'i rizqukum, wa maa tuu'aduun." Dan di langitlah rezeki-rezekimu dan apa yang telah dijanjikan kepadamu.

Ayat inilah yang membuat seorang maling bertobat lantaran orang dijadikan target maling sedang tahajud dan membaca ayat ini. Maka maling yang pandai berbahasa arab itu bertanya bingung, "Nah! Rezeki itu adanya di langit. Lalu mengapa saya mencarinya (dengan mencuri) di bumi?"

Maling yang penasaranpun menunggui Tuan Rumah selesai tahajud. Kemudian bertanya tentang maksud ayat yang ia baca itu. Singkatnya, yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah, "Sebab-sebab dicurahkannya rejeki itu adanya di langit. Meskipun kalian harus tetap mencarinya di bumi."

Dalam ayat lain juga dijelaskan, surah Thoha. Surah ke-20. Disebutkan, "Wa'mur Ahlaka Bish-sholati wasthobir Alaiha. Nahnu Narzuquk." Secara bebas, ayat itu bermakna, "Perintahkan keluargamu untuk menjalankan sholat. Kamilah yang akan memberikan rezeki padamu."

Jadi, perintahkan keluarga untuk sholat, maka rezeki akan tercurah.

Nah, doa inilah yang kelak bisa membuat ikhtiar kita menemukan pintunya. Sehingga rejeki yang diimpikan segera terwujud.

Yang parah, ketika ikhtiar minim, doa dan ibadah juga minim. Masih untung jika golongan ini tetap bermimpi untuk dianugerahi banyak rejeki. JIka kemudian mereka tak mempunyai mimpi, maka celakalah mereka dan kita berlindung dari golongan ini.

Dan yang terakhir, jalani bisnis. Apapun, sekecil apapun, asal halal dan baik. Karena bisnis inilah yang akan membuat rejeki mengalir deras. Bahkan sangat deras.

Dan yang terpenting, yakin akan Kekuasaan Allah, karena itulah pangkal dari segalanya.

Sedikit menguatkan, kemarin libur. Saya hanya berkutat dengan pekerjaan bujangan : masak sendiri, cuci baju sendiri, dan lain-lain

Dihiasi dengan ibadah sampai teler dan baca buku sampai ketiduran. Nah, tak disangka-sangka, menjelang maghrib ada rejeki nomplok, jumlahnya lebih besar 3kali lipat dari gajian harian kerja saya.

Atas semua itu, Alhamdulillah nampaknya tidak cukup. Sehingga harus terus ditambah dan ditambah. Dan karena cerita itu yang telah berulangkali dialami, maka lahirlah tulisan sederhana ini. Semoga bermanfaat untuk para pemirsa sekalian.

Semangat senin, semoga puasa dan semua ibadahnya barokah.

Pirman
Blogger/Aktivis Sosmed

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »