Islamedia - Pertempuran sengit di Jabal Naubah, sebuah jalur strategis antara Jabal Akrod dengan Jabal Turkman pada hari Rabu (29/5/2013) mengakibatkan gugurnya (syahid insya Allah) 15 sampai 20 Mujahidin Suriah.
Korban luka-luka di pihak Mujahidin berkisar 50 orang yang hingga berita ini diturunkan dirawat menyebar di beberapa rumah sakit. Sementara di pihak tentara Rezim Assad yang tewas lebih banyak lagi.
Dari 15 Mujahidin yang gugur (syahid, insya Allah) itu, di antaranya adalah Abul Abd shayigh. Shayigh adalah komandan katibah yang tergabung dalam Liwa Ahbabullah pimpina Abu Ubaidah Al-Falistini.
Pertempuran yang dimulai sejak waktu fajar, Rabu (29/3/2013), hingga pukul 4 sore yang melibatkan sekitar 700 Mujahidin, dimana mereka terdiri dari katibah-katibah di bawah pimpinan langsung para komandan dalam katibah tersebut.
Laporan dari medan Jihad Jabal Akrod, Suriah, yang diterima Islamedia dari Tim 1 Media(Bumisyam.com) menginformasikan bahwa tentara Rezim Assad berhasil dipukul mundur, sejumlah tentara rezim Syiah Nushairiyah tersebut ditawan oleh Mujahidin Suriah. Dan, saat ini wilayah pertempuran berhasil dikuasai Mujahidin.
Banyak Kezaliman, Komandan Polisi Rezim Asad Keluar !
Komandan Liwa Fathul Mubin, yang pernah menjadi Kepala Polisi di Aleppo dan Latakia, keluar (mundur) dari rezim Asad sejak 2012, beberapa bulan setelah revolusi di Suriah dimulai.
Mengapa Abu Musthafa, panggilan akrabnya, keluar? “Karena banyak kezaliman di tubuh rezim,” demikian salah satu alasannya. “Terutama menyangkut soal akidah,” ujarnya dikutip dari Tim 1 Media (Bumisyam.com)
Ia menambahkan, pemerintah berusaha dengan segala acara agar anggota (aparat) pindah ke agama rezim (Asad). Mulai dari “ulama”-nya, lanjut Abu Musthafa, rezim selalu mendoktrinkan bahwa Syiah itu benar.
Misalnya mereka mengatakan bahwa mengeramatkan kubur orang-orang tertentu itu tak masalah . Lalu, di kantor selalu disediakan minuman khamr.
Kata Abu Musthafa, dalam hal shalat saja , rezim Thoghut Asad selalu mengawasi. “Shalat hanya bisa di rumah. “Jika ketahuan shalat, dilaporkan, diinterogasi dan disidangkan.”
Menurut Abu Musthafa, rezim brutal Asad melarang pelihara jenggot. “Mereka memerangi kami hanya karena kami menjalankan agama kami.”
Apakah Abu Musthafa tidak dicari oleh rezim yang biadab ini? “Iya, (saya) dicari, bahkan rumah saya dibom 2 kali, lantai rumah saya dibongkar. Lantai-lantai dihancurkan sampai rata karena kemungkinan mereka mengira di bawah lantai ada bunker, dan saya bersembunyi di stu,” ungkapnya.
Lantas, setelah keluar dari Kesatuan Polisi, apa yang dilakukan mantan komandan ini? “Saya pergi bergabung dengan Mujahidin jabal Akrod dan memimpin Liwa Fathul Mubin,” tandasnya.[1media/bmsym/im]